Reaksi Pembuatan Sabun
Sabun merupakan salah satu produk yang digunakan sebagai pembersih dengan bantuan media air. Secara umum sabun berbentuk padatan (batang) dan ada juga dalam bentuk cair. Masing-masing bentuk tentunya mempunyai kelebihan tersendiri di berbagai sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif dapat mengikat partikel dalam suspensi yang mudah dibawa oleh air bersih. Di era milenial ini, deterjen sintetik mulai menggantikan sabun sebagai alat bantu untuk mencuci atau membersihkan.
Sabun merupakan campuran minyak atau lemak (nabati, seperti minyak zaitun atau hewani, seperti lemak kambing) dengan alkali atau basa (seperti natrium atau kalium hidroksida) melalui suatu proses yang disebut dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan seperti arang kayu.
Seiring berkembangnya zaman, sabun sebagai produk perawatan diri memiliki berbagai variasi dan warna. Salah satunya adalah sabun transparan. Sabun ini memiliki sifat layaknya sabun mandi lainnya namun berwarna transparan. Prinsip dari pembuatan sabun transparan adalah pencampuran massa sabun dalam bahan etanol kemudian dipanaskan dengan pemanasan lembut dan ditambahkan bahan lain yang memiliki fungsi tertentu. Yang menentukan transparansi produk salah satunya adalah humektan yang bersifat higroskopis sehingga mempengaruhi transparansi produk. Agen pembentuk transparan lainnya adalah gliserin, sukrosa, dan beberapa bahan lain. Kelebihan dari sabun transparan adalah mampu membunuh kuman yang ada di tubuh. Sabun ini memang mengandung bahan yang mampu membunuh kuman penyakit pada kulit dan tetap aman untuk kesehatan. Dengan menggunakan sabun tersebut, memungkinkan kulit wajah tidak mudah terkena bakteri jahat yang akan merusak sistem kekebalan kulit dan menjaga wajah tetap menarik.
Struktur kimia sodium laureth sulfate, bahan khas yang ditemukan dalam sabun cair.
Reaksi Saponifikasi
Reaksi saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak akibat adanya basa yang kuat. Bahan yang digunakan di dalam proses saponifikasi ini adalah trigliserida (C3H5(OOCR)3 dan natrium hidroksida (NaOH) yang akan menghasilkan sabun (3NaOOCR) dan gliserol (C3H5(OH)3). Berdasarkan persamaan di atas, maka ditemukan bahwa rumus kimia sabun adalah 3NaOOCR. Selain itu, saponifikasi menghasilkan produk utama berupa sabun dan produk sampingan berupa gliserol.
NaOOCR yang merupakan garam dari natrium karboksilat dapat menjadi sabun apabila R (gugus alkil) yang diikat merupakan gugus alkil yang besar seperti – C15H31 dan – C16H33. Hal ini terjadi karena gugus alkil yang besar memiliki sifat nonpolar, tidak seperti gugus alkil berantai pendek yang lebih bersifat polar. Apabila sabun larut dalam air akan terbentuk ion RCOO- dengan gugus R yang bersifat nonpolar dan COO- yang bersifat polar. Gugus R yang terbentuk akan mengikat pengotor yang umumnya berbentuk lemak yang bersifat nonpolar dan selanjutnya pada saat air dialirkan, air yang bersifat polar akan menarik gugus nonpolar dari sabun dan kotoran sehingga kotoran tersebut lepas dari tubuh kita. Karena sabun dibuat dari bahan baku alami yang berupa lemak, limbahnya tidak berbahaya terhadap lingkungan karena mudah diuraikan oleh mikroorganisme.
Deterjen
Deterjen memiliki fungsi dan mekanisme kerja yang sama dengan sabun, tetapi memiliki struktur yang berbeda. Deterjen dibuat dengan bahan baku asam benzene sulfonat (ABS) sehingga memiliki rumus struktur ABS – Na (natrium alkil benzene sulfonat) sebagai garamnya. Limbah dari deterjen berbahaya bagi lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama pencemaran air. Hal ini dikarenakan asam benzene sulfonat merupakan bahan kimia sintetis yang sukar diuraikan oleh mikroorganisme. Deterjen dibagi menjadi 2 yaitu deterjen lunak dan deterjen keras.
Detergen lunak terbuat dari bahan penurun tegangan dengan permukaan yang mudah dirusak mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai, salah satu contohnya adalah Lauril Alkil Sulfonat. Caranya adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam sulfat pekat, sehingga akhirnya menghasilkan asam Lauril Sulfat:
C12H25OH + H2SO4 → C12H25OSO3H + H2O
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga menghasilkan Natrium Lauril Sulfat, dengan persamaan reaksi berikut:
C12H25OSO3H + NaOH → NaC12H25SO4
Berdasarkan persamaan di atas, maka ditemukan bahwa rumus kimia detergen lunak adalah NaC12H25SO4.
Detergen jenis keras adalah jenis yang paling sulit dihancurkan mikroorganisme. Meski sudah dibuang, zat itu masih aktif dan dapat mencemari lingkungan, terutama air, contohnya: Alkil Benzena Sulfonat. Cara membuatnya adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida (SO3). Alkil Benzena yang paling sering digunakan adalah jenis Deodecil Benzena (C6H5C12H25).
Reaksi antara Deodecil Benzena dan Belerang Trioksida akan menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat (C6H4C12H25SO3H) dengan persamaan reaksi berikut:
C6H5C12H25 + SO3 → C6H4C12H25SO3H
Alkil Benzena Sulfonat kemudian dinetralisasi dengan Natrium Hidroksida (NaOH), sehingga menghasilkan Natrium Deodekil Benzena Sulfonat (C12H25C6H4SO3Na) dengan persamaan reaksi berikut:
C6H4C12H25SO3H + NaOH → C12H25C6H4SO3Na
Berdasarkan persamaan di atas, maka ditemukan bahwa rumus kimia detergen keras adalah C12H25C6H4SO3Na.
~Aas